Minggu, 31 Januari 2010

a choice

Persimpangan ini bagai labirin di film 'Harry Potter - Goblet of Fire' labirin raksasa yang penuh misteri dan dijamin tak ada jalan untuk kembali dan mengulang dari awal. Aku berada di tengah tengah labirin itu, berdiri di depan dua persimpangan yang harus ku pilih..
Jalan sebelah kiri, jalan ini begitu indah, banyak rangkaian mawar putih kesukaanku menyebar di sepanjang jalan itu, ada karpet putih yang bersedia aku injak, dan di ujung sana ada seorang pangeran tampan menunggangi kuda putih yang terus saja berteriak tak berhenti..
"ayolah sayang! cepat! jalan saja kemari! cepaaatt! aku bisa memberimu berlian sebanyak yang engkau mau, aku mampu memberimu istana megah dari emas putih kesukaanmu! ayo cepat kemari.."
Aku diam saja, memutuskan untuk memperhatikan jalan sebelah kanan. Jalan itu biasa saja, malah banyak sekali daun daun kering berserakan di sepanjang jalan itu, tak ada yang istimewa. Di ujung sana ada seorang pemuda mengenakan kacamata, tubuhnya tak se-six pack pangeran tadi, cenderung gembul malah. Aku perhatikan pipinya tembam sepertinya, dan ia hanya berkata..
"aku tak punya apa-apa..aku tak punya berlian, aku tak bisa memberikanmu istana, aku tak bisa membuat puisi cinta untukmu karna aku memang tidak romantis..aku cuma punya cinta, aku akan merengkuhmu ketika kau bersedih, aku akan menggandeng tanganmu, selalu dan selamanya..aku akan bilang aku sedih ketika aku bersedih, aku akan bilang aku tak mampu ketika aku memang tak mampu, aku akan bilang aku tak suka ketika aku tak suka, aku akan pergi ketika kau memintaku untuk pergi.."
Aku tersenyum mendengar ucapan si gendut itu, aku berfikir dalam diam, lama skali.
Aku berlari mengenakan gaun putihku, aku berlari ke arahnya, ke sebuah tempat indah impianku penuh dengan seluruh kesukaanku, aku yakin aku akan bahagia disana, bersamanya yang bisa memberikan apapun yang aku mau. Aku menghambur kepelukannya, ia merengkuhku.
"aku mencintaimu.."
"tapi..mengapa aku?"
"kau tau? ini indah, penuh dengan impianku, disini penuh dengan seluruh kesukaanku.."
"tapi, kesukaanmu.."
"...cinta..."
Ia tersenyum, mengecup keningku penuh cinta, merengkuhku lagi. Di depan kami muncul sebuah kaca besar, disana ada bayangan 2 orang sahabat yang bergandengan tangan dan tersenyum pada kami..

Selasa, 26 Januari 2010

Waiting


Lagi-lagi aku menangis dikamar, menulis ini di laptop tuaku. Aku menengok ke jendela, langit sudah gelap, padahal jam baru menunjukan pukul 3 sore dan sudah segelap jam 6 sore.
"mengapa menangis?"
"Langit..aku hanya bingung.."
"bingung soal apa?"
"cintaku.."
"ada apa lagi dengan cintamu? ayolah! jangan menangis..kau yang membuatku jadi semendung ini..kasian para ibu yang sedang menjemur pakaiannya, kasian anak-anak kampung sebelah yang tak bisa bermain.."
"maafkan aku..aku akan bercerita padamu Langit, boleh?"
"akan ku dengarkan dengan senang hati.."
"aku mencintai seseorang, ketika kami berpisah aku sudah yakin kami akan berteman dulu untuk menyembuhkan luka yang pernah ia torehkan ke hatiku..sekarang, ia memintaku kembali kepelukannya..aku memang mencintainya, tapi aneh.."
"aneh apa?"
"hatiku berkata ini belum saatnya.."
"mengapa hatimu berbicara begitu?"
"terlalu banyak rintangan..dan akan banyak airmata yang jatuh jika saat ini aku memutuskan untuk kembali bersamanya.."
"jika begitu, mungkin ini memang belum saatnya.."
"tapi aku mencintainya.."
"kau akan melangkah meskipun akan ada banyak hati yang sakit?"
"hh..aku bingung..hatiku berkata begitu.."
"kau penah bilang sendiri padaku ketika seorang kawan terbaikmu bilang padamu, 'sekali hati berbohong, hidupmu pasti gelisah tak karuan' ya kan?"
"ya, lalu apa yang harus aku lakukan?"
Langit tak mengatakan apa-apa, ia lantas menurunkan hujan. Aku menari ditengah hujan sendirian, aku menangis, bersenandung, merenung, semuanya. Aku berhenti menangis ketika hujan mulai reda. Aku masih saja tak menemukan jawabannya. Aku masih harus mencari jalan mana yang harus ku lewati. Cinta memang tak semudah yang aku kira..
perpisahan terindah hampiri kisah kita..lenyapkan semua kebimbangan yang ada..perpisahan terindah hampiri kisah kita..leburkan segala keluh kesah yang ada..
Aku mulai mengerti, dan aku tau jalan apa yang akan aku ambil..
"cintaku..aku akan bicara..dengarkan, jangan kau sela setitikpun.."
"ya.."
"aku mencintaimu, kau mencintaiku..tapi kamu harus tau kita tak mungkin bersama saat ini..kita bisa menjadi sahabat yang baik..kita akan saling setia selama yang kita mampu..tunggu aku, hingga masa sekolah kita berakhir..cintaku, ketika kamu merasa terlalu lelah dan tak sanggup menungguku, kau boleh pergi..dan aku takkan marah jika suatu saat nanti ketika kau menemukan seseorang yang jauh lebih baik dariku, kau juga boleh pergi..sungguh, aku sudah menangis kemarin..jadi, aku takkan menangis nantinya, ketika aku melepas genggamanmu, dan memeluk putri barumu..aku merasa ini yang terbaik cintaku..aku mencintaimu.."

Aku mengambil jalan ini setelah bersujud pada Allahku, menangis di sujudku, menikmati ibadah. Aku mengambil jalan ini agar tak ada yang terluka, karena aku tak suka melukai. Meski mungkin sekarang cintaku tak mengerti, aku yakin suatu saat nanti ia akan mengerti..

Minggu, 24 Januari 2010

untitled


Ada seekor burung jatuh cinta kepada sekuntum mawar putih. Setiap hari dia hinggap di dekat Sang mawar untuk melihat, menjaga dan mengagumi Sang mawar. Namun Sang mawar putih tak pernah membalas cinta dan perhatian sang burung.

Suatu hari Sang burung menyatakan perasaan cintanya kepada Sang mawar. Sang mawar menjawab," Aku tidak mencintaimu wahai Burung. Dan aku tidak akan pernah mencintaimu atau memperhatikanmu."

Sang burung berkata,"Tak mengapa kalau engkau tak mencintaiku sekarang, aku akan menunggumu, Mawar putih. Sampai suatu saat nanti kau paham betapa besar cintaku padamu dan kau pun akan mencintaiku."

Sang mawar berkata," Kalau begitu, tunggulah sampai seluruh kelopak mawarku berubah menjadi merah, pada saat itu aku akan mencintaimu."

Sang burung menjawab," Baiklah, aku akan menunggu saat itu datang."

Waktu pun berlalu, Sang burung tetap menjaga dan mencintai Sang mawar. Hingga pada suatu hari, Sang burung pun memotong kedua sayapnya, dan membasahi Sang mawar dengan darahnya. Kelopak Sang mawar pun berubah warna menjadi merah. Sang mawar terpaku, dia menyadari betapa besar cinta Sang burung kepadanya. Tapi semua telah terlambat, karna sang burung telah tiada

Sabtu, 23 Januari 2010

bracelet of love


Pintu kayu di sudut kelas terbuka, sesosok pemuda berkacamata, tas, kaos putih, celana jeans, dan sepatu sandal berwarna putih, satu kata, oh tidak tidak, dua, dua kata, simple dan tampan. Ia memasuki kelas dalam diam, langsung mengobrol dengan temannya yang lain, aku diam saja. Biasanya setiap dia masuk, ia selalu tersenyum melihatku, menarik tanganku, dan mencium keningku. Sekarang berbeda. Mereka mengobrol dengan imbuhan kata-kata kasar khas anak lelaki.
Kelas di mulai, fisika. semuanya berjalan biasa saja. Kami tak saling bicara, hingga bel istirahat..
"bawa mp3?"
"nggak" jawaban yang membuatku langsung diam. Aku tau ia membawa mp3nya, aku sudah berbicara dari berhari hari yang lalu tentang mp3 itu padanya ketika kami masih bersama, ketika aku memanggilnya 'sayang'. Selama istirahat, aku diam di kelas saja, menangis. Aku sedang sendirian ketika tiba-tiba ia membuka pintu, melihatku, dan pergi lagi. Buku fisika ku basah tak karuan terkena airmata.
. . .
Biologi. Jam kedua. kelas di mulai, aku jadi pendiam, dari 5 soal yang diberikan hanya mengerjakan 1 soal karena banyak waktu ku habiskan untuk menunduk, menahan airmata, melihatnya sekilas, menunduk lagi, tersenyum, menunduk lagi, dan menangis.
"ku akan selalu mencintaimu walau kita tak mungkin bersama, meski.."
"eh, bisa diem nggak! kamu udah nyanyi itu dari 3 taun yang lalu nggak ganti-ganti lagunya!!" aku meledak. Memarahi teman lelaki sekelasku yang sedang bersenandung seenak jidatnya. Ia sudah daritadi menyanyikan bagian itu berulang-ulang hingga aku menangis dan terlihat makin jelek dan kacau..
waktu terasa semakin berlalu tinggalkan cerita tentang kita..akan tiada lagi kini tawamu tuk hapuskan semua sepi di hati..ada cerita tentang aku dan dia dan kita bersama saat dulu kala..ada cerita tentang masa yang indah..saat kita berdua..saat kita tertawa..
Aku diam, terpaku. Suara itu sudah jelas dari mp3 miliknya. Awalnya volumenya kecil, sepertinya di sengaja, lalu di besar besarkan. Aku memilih diam dan menggigit bibir bawahku untuk menahan tangis. Parahnya, ada choir tambahan dari anak-anak lelaki di kelasku. Aku menunduk, menangis sesunggukan.
"bisa stop nggak?" ujarku pelan dengan mata merah dan airmata membanjir pada Ucil, temanku.
"sorry deh, aku disuruh tuh..ancemannya bakal dipukulin.."
Mereka meneruskan paduan suaranya, aku diam saja. Aku mengerti apa maunya. Lagu itu mengalun terus menerus di telingaku. Aku diam saja, menangis.
. . .
"kamu tak tau rasanya!"
"tak tau apa? kau sudah meninggalkanku! jangan salahkan aku bila aku marah padamu!"
"aku pergi, karena kau menyakitku.."
"kau mencintaiku! aku tau itu! kenapa tidak bisa memaafkanku!?"
"hh..itu keterlaluan..sudah cukup..aku sudah kecewa..aku sudah tidak bisa mempercayaimu..maafkan aku dan hatiku..aku mencintaimu..mana gelang cinta itu?"
"untuk apa?"
"seperti yang kau katakan, itu baru boleh aku kembalikan ketika cinta ini hilang.."
Tak banyak bicara, ia melepas gelang itu dan memberikannya padaku, ia berlari dan pergi. Aku memperhatikan setiap langkahnya, mengawasi setiap geraknya. Saat ia sudah jauh dan tak terlihat, air mata bumi itu turun perlahan. Tetes demi tetes membasahi tubuhku, aku diam saja menikmati hujan. Sejenak aku merasa, hujan menangis bersamaku. Hatiku memulai percakapannya..
"hai hujan, mengapa kau datang?"
"menemanimu.."
"untuk apa?"
"menutupi airmatamu, aku tau kau sedang hancur..menangislah, setelah kau puas, maka aku akan berhenti pula.."
"trima kasih.."
Aku menangis bersama hujan malam itu. Aku terdiam di tengah hujan sambil memandangi gelang cintadi lenganku. Hujan turun sepanjang malam, seiring dengan tangisku. Sepertinya hujan benar benar akan berhenti ketika aku berhenti menangisi cinta. Cinta yang masih aku tak tau apa maunya, cinta yang tak aku tau apa maksudnya. Aku masih tak mengerti, tapi yang kali ini sakit. Sakit yang tak bisa aku jelaskan rasanya. Meski aku sudah menjelaskan panjang lebar, takkan ada yang mengerti. Mungkin ini dilema, disatu sisi aku sangat mencintainya, disisi lain hatiku sudah kecewa dengannya, dengan cintanya yang telah menyakitiku..

Jumat, 22 Januari 2010

. . .

"aku mencintaimu.."
"apa? mencintaiku? bohong.."
"sungguh.."
"lalu mengapa kau sejahat itu?"
"well, itu tanda cintaku.."
"berarti aku ini cintamu?"
"iya sayang..kamu cintaku..sudah jelaskan? aku mencintaimu meski.."
"cintamu menyakitiku.." Aku memotong pembicaraannya, aku terlalu lelah untuk berdebat masalah ini. Yang aku tau, ia akan terus mengelak dengan segala alasan yang akan ia keluarkan dari bibirnya. Sudah cukup, aku tak bisa mencintainya. Ia diam, tak mengeluarkan sepatah kata pun, logikanya jika ia mencintaiku bagaimana tega ia menyakitiku seperti itu? Cinta itu memberi dan menjaga, bukan meminta dan menyakiti 'kan?
Aku masih menanti suaranya, semenit, dua menit, aku masih setia berdiri di hadapannya. Aku menatap wajahnya, dan tersenyum kecil. Aku sungguh tak menyangka kemarin aku masih mencintainya, tiba-tiba detik ini perasaan itu bagai hilang tak berbekas. Aku bahkan tak menangis ketika aku memutuskan tuk meninggalkannya. Pikiranku terbawa ke masa dua tahun yang lalu di kelas 1, ketika aku naksir padanya, aku mulai bersahabat dengannya selama 2 tahun, dan pernah menjadi kekasihnya selama 3 bulan (kira-kira) hingga sedetik yang lalu, dan sekarang aku tak mencintainya lagi, dan yah berfikir akan menjadikannya temanku saja..
"aku minta maaf.." akhirnya kau bersuara juga bung!
"apa?"
"aku minta maaf telah menyakitimu cintaku..aku.."
"bisa kau hentikan rayuanmu? aku muak.."
"oke..aku minta maaf..aku takkan mengulangi kesalahanku lagi..aku berjanji padamu..aku berjanji.."
"ini janji mu yang ke sekian kali bung! apa kau lupa kau pernah menyakitiku sedalam ini dulu? dan aku memaafkanmu..ketika kau memilikiku, kau memiliki seluruh kepercayaanku..ketika sakit yang pertama, jujur saja, setengah kepercayaanku sudah hilang..sekarang? malah tak berbekas..kau sudah mengecewakan aku.."
"aku mengerti..aku akan mencoba mengembalikan kepercayaanmu padaku, aku mohon..kita bisa kan kembali seperti dulu? kau tau sendiri aku sangat mencintaimu.."
"maafkan aku, aku sudah kecewa..aku tak mencintaimu lagi, kau harusnya tau itu.."
"secepat itu kau berhenti mencintaiku? semudah itu?"
"semudah kau menyakitiku bukan?"
Ia terdiam, lama sekali. Aku memutuskan untuk pergi. Aku sudah yakin dengan segala keputusanku, di ujung jalan sana ada sahabatku dan abangku menantiku dengan senyuman mereka. Aku akan melangkah ke depan, tanpa kamu. Kamu yang sudah tega melukaiku dengan cintamu. Sudah, itu sudah cukup untukku. Buku itu sudah benar benar akan tertutup. Ini tamat, bukan bersambung. Aku sudah punya satu buku lain, yang tetap ku buka, itu buku yang bersambung, hanya aku yang tau siapa sesungguhnya pemilik buku itu. Tapi, buku ku denganmu bung, takkan aku buang. Tak ada yang perlu di buang, itu hanya pelajaran hidup dan pelajaran harus dari kacamata mana kau memahami cinta..

Rabu, 20 Januari 2010

Gothi

"abang.."
"iya sayang.."
Sosoknya lucu, baik, sangat pengertian, benar benar membuat big brother complexku hilang. Aku mengenalnya di tempat bimbingan belajarku saat aku masih duduk di kelas 8. Aku menyayanginya, dia abangku. Abang terbaikku. Jangan heran jika ia memanggilku dengan sebutan "sayang..", "cinta..", buatku itu tanda sayangnya untukku. Awalnya hanya aku, lalu hadir seorang gadis cantik di hidupnya. Ia sahabatku, sekaligus jadi adik kedua abang sekarang. Ia sahabatku juga. Kami bertiga tak terpisahkan.
Kelas 9, aku memperhatikan sosok manis di pinggir lapangan. Dan ya, aku menyukainya. Setelah patahati luar biasa yang aku alami kemarin, aku berhasil tertarik lagi pada seseorang dan insyaAllah bukan pelampiasanku. Ia manis, baik, pendiam.
"memperhatikan syapa..?"
"eh..enggak kok.."
"jangan bohong, kita sudah bersahabat lama.."
Aku tersenyum, "dia.."
"oh..ia teman sekelasku..kau suka padanya?"
Aku menggangguk penuh semangat, dan tersenyum.
Setelah itu, aku bisa menjalani hidupku dengan senyuman. Sahabat sahabat, pujaan hati yang ku puja diam diam, abang yang baik. Apa yang kurang? Tak ada. Sampai akhirnya aku tau ada sesuatu yang benar benar akan membuatku hancur..

Semuanya berubah, pujaanku menyukainya. Ya, ia memuja sahabatku sejak lama. Aku tak apa, lagipula aku akan bahagia jika orang yang aku cintai bahagia. Aku akan menahan gedebuk jantungku karena cemburu. Mukaku mungkin akan merah tetapi kemudian pucat dan kerut merut garis garis watakku akan tambah mebuatku tambah jelek. Aku sayang padamu, meski kau sayang padanya. Aku kira aku mengerti bahwa aku harus minggir. Aku berjanji akan membantu seberapa yang aku bantu.
Mereka bahagia, selalu tersenyum dan penuh tawa. Bergandengan tangan membawa cinta mereka kemanapun mereka pergi. Aku pun kini bahagia dengan kekasihku yang baru. Sungguh! Aku benar benar bahagia. Aku bahagia dengan hidupku, Sahabat-sahabat, kekasih baru, dan abang yang baik.

Perlahan ia pergi. Seseorang yang aku sayangi, abangku. Ia pergi. Kemana? Bukan kemana, tapi dengan siapa. Ya oke, dengan siapa? Adik keduanya a.k.a sahabatku. Aku tak mau curiga awalnya. Pertama, aku tau sahabatku sering datang ke tempat bimbingan hanya untuk ngobrol dengan abang. Masuk akal, aku tau ia kesepian dan jarak rumahnya dan tempat bimbingan cukup dekat. Aku mengerti dan benar benar tak menaruh curiga. Lalu facebook, mereka sering Wall-to-Wall, dan kini abang jarang mengirimkan wall kepadaku, bahkan ProPict milik abang adalah foto mereka berdua. Aku mengerti. User netbook baru abang, juga dengan foto mereka berdua, dan nama User? tak perlu di pertanyakan, kan? Ya, nama mereka berdua. Aku diam. Mencoba tersenyum meski aku tau aku hancur.
Di tempat bimbingan, mereka selalu berdua. Abang selalu ke kelas untuk sekedar menyapa adik kesayangannya. Istirahat? Jelas, mereka selalu berdua..
"eh, makan yuk.." ajakku.
"makan aja sendiri ah..aku masih sama abangg nih.."
Aku ke kelas, mengucapkan semua kata-kata kasar yang aku tau. Cukup.
"kamu kenapa sayang?" tanya kekasihku.
"abang ku hilang.."
"kenapa begitu?"
"ia pergi, meninggalkanku.."
"kemana?"
"ke dunianya yang baru..bersama orang lain.."
"kamu cemburu?"
"bukan begitu..aku tak mengerti, abangku berubah..tak pernah mau tau dengan hidupku.."
Kekasihku merengkuhku, dan memberi kecupan hangat di keningku..
"aku disini sayang..menangislah.."

Aku berfikir, menerawang jauh. Kenapa begini? Semuanya selalu dia. Pujaan hati lama-ku, abangku, apa ia tak mengerrti atau merasa? Setidak peka itukah dia, sahabatku yang selalu menggandeng tanganku ketika aku tak tau jalan mana yang harus aku ambil, setidak mengerti itukah dia denganku? Aku sudah hancur, sudah cukup.
Aku tau hidupnya cacat. Tapi ia serasa sempurna. ia punya semuanya. Kecuali satu hal, yang aku tau hal itu sudah hilang dan ia cacat karenanya. Lagi lagi, AKU MENGERTI.
Aku sayang abangku, ia abang terbaik di seluruh dunia. Abang yang memelukku ketika aku sedih, abang membantuku berdiri ketika aku jatuh, abang yang menuntunku ketika aku terjebak di suatu persimpangan hidup, abang yang membuatku tertawa dengan 'taplak'nya, abang yang lucu, abang yang cuma bisa yes-no, abang yang gembrot, abang tetap ada dihatiku, selamanya

Aku pergi, bang. Gothi sayang abang

Selasa, 19 Januari 2010

Sacrifice

"aku mencintaimu..aku tak perduli aku sudah memiliki dia, dan kamu sudah mencintainya.." ujarku
"kenapa baru bilang sekarang?"
"karna aku fikir kamu takkan mencintaiku..dengarkan aku! dia iblis, dia tak mencintaimu..kamu harus tau itu.."
"ia mencintaiku! jangan bicara seperti itu!"
"aku lebih tau dia daripada kamu! ia mencintai masa lalunya! dan aku mencintaimu!", keadaan mulai menegang
Ia terdiam, dan bup! offline. Aku lantas tersenyum didepan layar laptopku, senyum iblis. Yah, langkah pertama setidaknya aku berhasil membuatnya berfikir bahwa aku benar benar mencintainya. Setidaknya ia akan berfikir ulang ia akan tetap menjalani cinta itu dengan iblis jahat itu atau tidak.

"lantas, jika kau mencintaiku, mengapa kembali padanya?" Aku berfikir cukup lama untuk menjawab pertanyaan ini..
"well, karna aku berfikir kau takkan bisa ku miliki.."
"seharusnya kamu bilang kamu mencintaiku, dulu..bukan sekarang.."
"lalu?"
"aku menyayanginya, dan aku tak mencintaimu.." Mampuslah aku!
"aku selalu disini..menunggumu.." dan bup! offline.

Beberapa lama, akhirnya mereka bersatu. Shit! pikirku. Aku menangis, aku marah, aku terdiam. Harusnya kamu punya hati, pikirku. Kamu takkan tau ada hati yang sakit dan aku yakin kamu takkan perduli karna kamu merasa pernah dibuang olehnya. Padahal HARUSNYA kamu tau! Gadis manis itu tak membuangmu sama sekali, ia hanya ingin melihatmu lebih baik dari sebelumnya, ia hanya ingin yang terbaik untukmu, karna apa? Ia mencintaimu, sangat mencintaimu..
Kamu harusnya tau bahwa aku tak pernah mencintaimu. Kamu harusnya tau aku begini karna suatu dendam. Dendam yang buatku tak bisa memaafkanmu. Kamu sudah gila! Karna berhasil membuat sahabatku terluka, karna itu aku tak pernah rela kamu bersanding dengan iblis itu. Kamu tau? Aku berhasil membuat sahabatku berfikir bahwa aku pernah mencintaimu. Biarkan saja tetap begitu, biarkan gadis manis itu menikmati hidupnya tanpamu
Sandiwaraku selesai sudah, dan aku berhasil. Aku mengetahui semuanya. Ke-PDan mu, ke iblisan gadis yang kamu cintai, dan sebuah pengorbanan..