Rabu, 20 Januari 2010

Gothi

"abang.."
"iya sayang.."
Sosoknya lucu, baik, sangat pengertian, benar benar membuat big brother complexku hilang. Aku mengenalnya di tempat bimbingan belajarku saat aku masih duduk di kelas 8. Aku menyayanginya, dia abangku. Abang terbaikku. Jangan heran jika ia memanggilku dengan sebutan "sayang..", "cinta..", buatku itu tanda sayangnya untukku. Awalnya hanya aku, lalu hadir seorang gadis cantik di hidupnya. Ia sahabatku, sekaligus jadi adik kedua abang sekarang. Ia sahabatku juga. Kami bertiga tak terpisahkan.
Kelas 9, aku memperhatikan sosok manis di pinggir lapangan. Dan ya, aku menyukainya. Setelah patahati luar biasa yang aku alami kemarin, aku berhasil tertarik lagi pada seseorang dan insyaAllah bukan pelampiasanku. Ia manis, baik, pendiam.
"memperhatikan syapa..?"
"eh..enggak kok.."
"jangan bohong, kita sudah bersahabat lama.."
Aku tersenyum, "dia.."
"oh..ia teman sekelasku..kau suka padanya?"
Aku menggangguk penuh semangat, dan tersenyum.
Setelah itu, aku bisa menjalani hidupku dengan senyuman. Sahabat sahabat, pujaan hati yang ku puja diam diam, abang yang baik. Apa yang kurang? Tak ada. Sampai akhirnya aku tau ada sesuatu yang benar benar akan membuatku hancur..

Semuanya berubah, pujaanku menyukainya. Ya, ia memuja sahabatku sejak lama. Aku tak apa, lagipula aku akan bahagia jika orang yang aku cintai bahagia. Aku akan menahan gedebuk jantungku karena cemburu. Mukaku mungkin akan merah tetapi kemudian pucat dan kerut merut garis garis watakku akan tambah mebuatku tambah jelek. Aku sayang padamu, meski kau sayang padanya. Aku kira aku mengerti bahwa aku harus minggir. Aku berjanji akan membantu seberapa yang aku bantu.
Mereka bahagia, selalu tersenyum dan penuh tawa. Bergandengan tangan membawa cinta mereka kemanapun mereka pergi. Aku pun kini bahagia dengan kekasihku yang baru. Sungguh! Aku benar benar bahagia. Aku bahagia dengan hidupku, Sahabat-sahabat, kekasih baru, dan abang yang baik.

Perlahan ia pergi. Seseorang yang aku sayangi, abangku. Ia pergi. Kemana? Bukan kemana, tapi dengan siapa. Ya oke, dengan siapa? Adik keduanya a.k.a sahabatku. Aku tak mau curiga awalnya. Pertama, aku tau sahabatku sering datang ke tempat bimbingan hanya untuk ngobrol dengan abang. Masuk akal, aku tau ia kesepian dan jarak rumahnya dan tempat bimbingan cukup dekat. Aku mengerti dan benar benar tak menaruh curiga. Lalu facebook, mereka sering Wall-to-Wall, dan kini abang jarang mengirimkan wall kepadaku, bahkan ProPict milik abang adalah foto mereka berdua. Aku mengerti. User netbook baru abang, juga dengan foto mereka berdua, dan nama User? tak perlu di pertanyakan, kan? Ya, nama mereka berdua. Aku diam. Mencoba tersenyum meski aku tau aku hancur.
Di tempat bimbingan, mereka selalu berdua. Abang selalu ke kelas untuk sekedar menyapa adik kesayangannya. Istirahat? Jelas, mereka selalu berdua..
"eh, makan yuk.." ajakku.
"makan aja sendiri ah..aku masih sama abangg nih.."
Aku ke kelas, mengucapkan semua kata-kata kasar yang aku tau. Cukup.
"kamu kenapa sayang?" tanya kekasihku.
"abang ku hilang.."
"kenapa begitu?"
"ia pergi, meninggalkanku.."
"kemana?"
"ke dunianya yang baru..bersama orang lain.."
"kamu cemburu?"
"bukan begitu..aku tak mengerti, abangku berubah..tak pernah mau tau dengan hidupku.."
Kekasihku merengkuhku, dan memberi kecupan hangat di keningku..
"aku disini sayang..menangislah.."

Aku berfikir, menerawang jauh. Kenapa begini? Semuanya selalu dia. Pujaan hati lama-ku, abangku, apa ia tak mengerrti atau merasa? Setidak peka itukah dia, sahabatku yang selalu menggandeng tanganku ketika aku tak tau jalan mana yang harus aku ambil, setidak mengerti itukah dia denganku? Aku sudah hancur, sudah cukup.
Aku tau hidupnya cacat. Tapi ia serasa sempurna. ia punya semuanya. Kecuali satu hal, yang aku tau hal itu sudah hilang dan ia cacat karenanya. Lagi lagi, AKU MENGERTI.
Aku sayang abangku, ia abang terbaik di seluruh dunia. Abang yang memelukku ketika aku sedih, abang membantuku berdiri ketika aku jatuh, abang yang menuntunku ketika aku terjebak di suatu persimpangan hidup, abang yang membuatku tertawa dengan 'taplak'nya, abang yang lucu, abang yang cuma bisa yes-no, abang yang gembrot, abang tetap ada dihatiku, selamanya

Aku pergi, bang. Gothi sayang abang

0 komentar:

Posting Komentar